Selasa, 21 Mei 2013

Yesus sebagai Panglima Burung


Upaya Berkristologi Yesus Sebagai Panglima Burung dalam Konteks Maanyan di Kalimantan Tengah

1. Pendahuluan
Suku Dayak Maanyan adalah salah satu suku yang mendiami tanah kalimantan terutama di daerah aliran sungai barito kalimanta tengah. Daerah-daerah basis dayak maanyan meliputi daerah kabupaten Barito Timur  seperti Paju Epat, Kampung Sapuluh, Banua Lima dan meliputi daerah kabuten barito selatan. Berdasarkan latar belakangnya keberadaan suku dayak maanyan ini merupakan perpecahan dari kerajaan Nansarunai sadi yang merupakan pusat dari segala hukum dan kejayaan dayak maanyan. Sejak dihancurkan oleh kerajaan seberang yaitu oleh Majapahit yang disebut Pukah Busu Langar Angsang Usak Jawa.[1] Kemudian setelah mereka memiliki kekuatan, mereka melakukan serangan balasan. Setelah serangan balasan tersebut berakhir, maka keadaan menjadi lebih baik tetapi ternyata para tokoh maanyan saat itu lebih memilih sistem pemerintahan yang disebut mantir epat pengulu isa. Setelah disepakati sistem tersebut, merekapun mencari tempat tinggal di daerah lain dan salah satunya adalah paju epat.
2. Latar belakang
Dalam masyarakat Dayak secara umum, dipercaya ada suatu kelompok yang disebut-sebut sangat disegani, sakti, pemberani dan berwibawa serta sangat ditakuti oleh orang-orang yang bukan dayak. Sosok-sosok tersebut konon mendiami seluruh tanah kalimantan yang bersinggungan langsung dengan kepercayaan tradisional orang dayak yaitu yang berhubungan dengan hal gaib. Banyak cerita mengenai mereka, ada yang mengatakan mereka adalah sosok-sosok yang tak terlihat rupanya karena mereka roh, pemimpin spiritual, panglima perang, guru, dan orang-orang yang ditetuakan bahkan ada yang mengatakan mereka adalah orang biasa saja yang memiliki ilmu kesaktian. Kelompok tersebut Ialah orang-orang Dayak yang disebut Panglima Burung. Ada juga yang menyebutnya sebagai Pangkalima oleh sebagian orang-orang dayak maanyan.
Dalam hal ini, ada banyak versi yang menceritakan tentang sosok-sosok panglima burung yang disebut-sebut pernah menggemparkan seluruh kalimantan bahkan membuat orang yang bukan dayak menjadi merinding. Terutama mengenai kasus  kerusuhan sampit yang konon menurut cerita banyak orang, panglima atau pangkalima burung itu pernah muncul. Ada yang mengatakan bahwa panglima burung berasal dari kalimantan barat dan berwujud gaib bisa terdiri dari laki-laki ataupun perempuan.[2] Ada pula dalam versi maanyan dengan pasti mengatakan, bahwa yang bisa menjadi panglima burung adalah orang-orang biasa, yaitu wanita saja yang berjumlah lima orang dalam satu kelompok.[3] Kemudian melalui proses gaib yang dalam bahasa maanyan “di dudus” baru kemudian mereka memiliki ilmu kesaktian yang tinggi sehingga mereka tidak terlihat sama sekali. Karena kesaktian mereka yang bersatu dengan kekuatan alam dan gaib, mereka menjadi penguasa langit dalam arti lain menjadi penguasa tertinggi, konon mereka mampu berdiri diatas angin, diatas ilalang dan diatas pucuk kelapa dengan memegang mandau[4]. Selain itu ada juga yang mengatakan bahwa panglima burung adalah penjelmaan burung enggang yaitu burung yang dikeramatkan atau yang disakralkan di kalimantan tengah.[5]
Panglima burung diyakini dipandang sebagai sosok yang melegenda dan diyakini sebagai sosok penyelamat bagi orang-orang dayak dari bahaya yang akan mengancam kehidupan mereka. Selain itu juga panglima burung yang diyakini mampu melindungi manusia dari gangguan-gangguan yang bersifat magis dan bisa merasuk dalam diri manusia yang memanggilnya. Seperti yang terjadi pada waktu kerusuhan sampit silam, dimana banyak cerita yang beredar kalau saat-saat pertama kasus itu tercuat bahwa banyak orang dayak yang menjadi korban. Oleh karena itu, banyak yang prihatin atas kejadian tersebut sehingga tampillah banyak orang dayak dan diantaranya adalah panglima burung (ada juga yang mengaku sebagai titisan roh dari panglima burung). Sebagai penulis, saya beranggapan bahwa panglima burung itu melambangkan sikap orang dayak pada umumnya, yaitu kalem, tenang, tidak gegabah dan tidak sembarangan melakukan tindakan serta memiliki solidaritas yang tinggi terhadap sesamanya manusia khususnya kepada sesama suku. Tetapi ketika ketentraman orang dayak terganggu dan kesabaran sudah habis, maka jika demikian jangan harap bisa berkompromi lagi.
3. Rumusan Kristologi Yesus Kristus sebagai Juruselamat.
Berkristologi pada dasarnya adalah suatu upaya berkontekstual, yaitu mengenai pertanyaan yang diajukan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya dalam injil Lukas: “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” (lukas 9:20.a). dalam konteks lukas 9:18-21, pertanyaan Yesus kepada murid-murid-Nya tersebut didahului oleh pertanyaan: “Kata orang banyak, siapakah Aku ini?”. Memperhatikan isi pertanyaan dan jawaban yang diperlukan, ada tuntutan untuk bergeser dari jawaban “menurut kata orang” menjadi jawaban “menurut saya”.
Dalam hal ini, kedudukan Yesus Kristus sebagai juruselamat menjadi pokok yang utama. Dalam Alkitab secara banyak berbicara mengenai keberadaan Yesus sebagai juruselamat bahkan dalam tradisi gereja pun mewarisi ajaran tersebut dan menjadikannya landasan dalam mengenal Yesus. Untuk memahami arti juruselamat tersebut tidak bisa dipisahkan dari upaya berkristologi mengenai siapa Yesus, khususnya dalam konsep umum mengenai keselamatan dan menunjukkan karya tersebut dalam perjanjian lama. Dimana Allah sendiri yang turun langsung menyelamatkan manusia sebelum kedatangan Yesus dan Allah yang sama dalam Yesus kristus hadir sebagai penyelamat yang pewartaan-Nya dalam perjanjian baru. Kemudian dalam tradisi gereja, ajaran tersebut dipelihara dan sampai saat ini menjadi ajaran yang sentral.


Berikut pemaparan mengenai Yesus sebagai juruselamat:
*   Alkitab
1.      Gambaran perjanjian lama mengenai juruselamat
Dalam perjanjian lama, kata juruselamat menjadi suatu hal yang sangat diharapkan kedatangan-Nya untuk membebaskan bangsa Israel dari penguasa dunia. Dalam arti lain, juruselamat berarti Mesias yang dinanti-nantikan oleh bangsa Israel untuk membebaskan mereka dari penjajahan bangsa asing. Dikalangan Yahudi, oknum juruselamat dapat dikaitkan dengan Allah sendiri sebagai tokoh utama dengan tokoh mesias yang akan datang, selain itu tokoh tersebut juga bisa dari antara manusia itu sendiri seperti dalam hakim-hakim dan raja-raja. Dalam konteks umat Israel kala itu bisa juga berupa penyelamatan yang dihubungkan dengan pembebasan seseorang dari kesedihan (1 Samuel 2:1) atau dihubungkan dengan peristiwa pengampunan dosa (Mzm 51:14).
2.      Gambaran perjanjian baru mengenai juruselamat
Dalam perjanjian baru, tokoh penyelamat tersebut adalah Allah itu sendiri yang telah menjadi manusia didalam Yesus Kristus. Hal tersebut berkaitan erat dengan penyelamatan yang Yesus lakukan dikayu salib untuk menebus dosa-dosa manusia (peristiwa penyaliban). Sedangkan menurut Tom Jacobs yang memahami makna keselamatan yang dikerjakan oleh Allah melalui Yesus yaitu tertuang dalam kata solidaritas yang dijelaskan dengan tiga metafor yakni: pendamaian, penebusan dan pendamaian.[6] Pendamaian menekankan peristiwa penyelamatan merupakan karya penyelamatan Allah yaitu dengan diberikan-Nya anugerah keselamatan kepada manusia, penebusan menekankan peristiwa penyelamatan yang merupakan karya Kristus dalam penderitaan-Nya dikayu salib sedangkan pembenaran yaitu dalam kematian dan kebangkitan Yesus ada keselamatan bagi mereka yang dibenarkan.

*   Tradisi Gereja menurut para reformator mengenai keselamatan
Dalam tradisi gereja keselamatan didalam oknum Yesus sebagai juruselamat merupakan pokok ajaran yang sangat penting, dimana gereja sebagai alat Tuhan untuk memberitakan keselamatan kepada umat manusia.
·         Menurut Luther, yang dapat menyelamatkan manusia adalah dengan iman. Iman adalah satu-satunya jalan bagi seseorang untuk dapat menjawab dan menghormati Allah.[7] Bagi Luther iman melampaui kata-kata dan secara mendasar sangat penting adalah hubungan pribadi dengan Allah, dengan mengatakan “aku percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhanku.
·         Jean Calvin di Jenewa, berpendapat bahwa Allah tidak hanya memilih siapa yang akan diselamatkan, tetapi juga memutuskan siapa yang akan dihukum.[8]
Sehingga menurut saya, juruselamat itu berfokus pada Allah didalam Yesus Kristus yang memberikan anugerah kepada manusia yang benar-benar percaya dan melakukan perintah Tuhan dalam bentuk keselamatan.
*   Teologi kontemporer
Teologi kontemporer ini adalah teologi yang dimunculkan oleh para teolog untuk menjawab kebutuhan pada masa mereka, yang kemudian dikontekstual pada masa kini. Salah satu teologi yang terkenal adalah teologi pembebasan dari para teolog Amerika Latin. Teologi pembebasan adalah teologi yang mampu membawa perubahan pada masyarakat Amerika Latin yang tertindas oleh bangsa lain. Demikian juga teologi ini dapat kita terapkan di Kalimantan khususnya  mengenai tanah orang dayak yang sekarang di miliki oleh para pengusaha sawit dan tambang (khususnya kab.bartim kalteng). Walaupun teologi pembebasan sebenarnya sulit diterapkan secara menyeluruh di kalimantan tetapi ada faktor-faktor yang mendukung teologi ini untuk diterapkan terutama yang merugikan hak-hak orang lain. Seperti tanah-tanah yang dijual kepada para pengusaha sehingga banyak yang dirugikan terutama kelestarian hutan yang terganggu serta kearifan lokal yang mulai memudar seiring masuknya perindustrian sawit dan tambang. Selain itu, kesuburan tanahpun hilang sehingga sulit bagi warga sekitar untuk berladang yang tentunya menambah pengangguran dan berujung pada penderitaan serta penindasan oleh yang berkuasa. Hal yang seperti itu tentu harus ada yang berani menyuarakan kebenaran. Dan dengan teologi pembebasan ini, akan menyadarkan semua pihak bahwa perlu adanya perubahan.
4. Relevansi Kontekstual, Yesus sebagai Panglima Burung
konsep keselamatan secara Alkitabiah hampir seluruhnya mengenai kedudukan Yesus sebagai juruselamat dan makna yang terkandung dalam kata penyelamat yaitu penyelamatan merupakan perbuatan Allah melalui Yesus Kristus. Bila kita kaitkan Yesus dan sosok panglima burung yang orang dayak yakini sebagai penyelamat secara jasmaniah dan rohaniah karena konsep pemikiran penulis mengenai hal ini adalah penyelamat dari mara bahaya bahkan tidak menutup kemungkinan juga meyelamatkan manusia dari gangguan magis yang bisa berupa santet dan sebagainya. Tentu memiliki kesejajaran dalam berkontekstual di kalimantan secara khusus dalam konteks dayak Maanyan dalam rangka memperkenalkan Yesus sebagai penyelamat.
Karena memiliki kesejajaran, terutama mengenai makna penyelamatan baik secara jasmaniah maupun rohaniah tetapi tetap saja ada perbedaannya. Hal itu karena Yesus tidak bisa sepenuhnya sama dengan panglima burung sebab Yesus sebagai penyelamat manusia seutuhnya baik dari jasmaninya maupun rohaniahnya dimana Yesus menjamin keselamatan masuk surga untuk manusia sedangkan panglima burung hanya menjamin keselamatan manusia selama ia hidup di dunia saja. Tetapi dalam hal ini penulis menetapkan bahwa panglima burung juga bisa dimasukkan dalam kategori para sahabat atau nanyu sangiang Hiyang Piumung karena diyakini juga bahwa kekuatan panglima burung berasal dari mereka dalam kontek maanyan (kaharingan) yang bertindak juga sebagai pelindung manusia dari berbagai kemungkinan.
Melihat hal tersebut, jelas bahwa panglima burung bagi orang dayak sangat dihormati dan disegani sebab dianggap sebagai penyelamat serta pelindung mereka dari gangguan-gangguan suku lain bahkan dianggap sebagai kekuatan Ilahi. Sementara perbandingan dengan Yesus dengan panglima burung yaitu: Dalam Alkitab diceritakan kemenangan Yesus atas setan-setan sehingga secara tidak sadar hal tersebut adalah gambaran pertarungan atau perang iman. Sedangkan dalam kepercayaan orang dayak, adanya peperangan gaib serta fisik antara panglima burung dengan madura yang terjadi di sampit. Sehingga Yesus juga bisa disebut sebagai panglima burung yang memiliki kekuatan gaib guna melindungi dan menyelamatkan orang-orang dayak dari ancama-ancaman luar yang membahayakan jiwa. Namun dalam Hal ini perlu ada keperhatian yang sungguh-sungguh agar tidak sepenuhnya sama karena arti penyelamat disini berbeda dengan keyakinan orang dayak kaharingan dimana jika memerlukan bantuan panglima burung, memanggilnya dengan cara “di dudus” dengan arti lain memanggil roh-roh sahabat untuk mendapatkan kekuatan yang luar biasa dan juga harus memberi persembahan berupa sesajian agar kekuatan itu datang. Sedangkan sebaliknya justru Yesus sendirilah yang melindungi manusia dari ancaman dengan karya penyelamatan-Nya. Dalam hal ini, bentuk persembahan untuk Yesus sebagai pelindung adalah dengan memuji dan memuliakan-Nya serta mengucap syukur dalam nama-Nya.
Dalam hal keselamatan, kita perlu mengetahui bahwa Yesus selain oknum penyelamat secara rohaniah tetapi Yesus juga menyelamatkan manusia secara jasmaniah yaitu saat Yesus memberi makan lima ribu orang dengan 2 roti dan 5 ikan. Demikian juga dalam kepercayaan orang dayak mengenai sosok panglima burung yang dianggap sebagai penyelamat secara jasmani dan rohaniah. Secara jasmaniah, panglima burung menjaga keselamatan orang dayak dan secara rohaniah panglima burung juga melindungi orang-orang dayak dari serangan-serangan berupa kekuatan gaib dari suku lain atau yang ingin mencelakai orang lain. Dengan mensejajarkan Yesus sebagai panglima burung, tentu sangat membantu orang-orang dayak maanyan untuk lebih memahami siapa Yesus itu dan sejauh mana orang dapat mengenal Yesus dalam rangka berpikirnya orang dayak maanyan.









Daftar Pustaka:
·       Hans-Peter Grosshans, tokoh pemikir kristen Luther, editor seri Peter Vardi, penerbit Kanisius, 2005
·       Wawancara dengan Bapak Rusmande, via seluler
·       Wawancara dengan Ibu Leona, via seluler
·       Bahan ajar kristologi Pdt. DR. Keloso S Ugak
·       http://www.anehdidunia.com/2012/07/kisah-panglima-burung-antara-mitos-dan.html


[1] Wawancara dengan Bapak Rusmande di desa Dangka Via telepon genggam, tanggal 17 april 2013
[2] Wawancara dengan Bapak Rusmande di desa Dangka Via telepon genggam, tanggal 17 april 2013
[3] Wawancara dengan Ibu Leona di Palangkaraya Via telepon genggam, tanggal 18 april 2013
[4] Wawancara dengan Ibu Leona di Palangkaraya Via telepon genggam, tanggal 18 april 2013
[5] http://www.anehdidunia.com/2012/07/kisah-panglima-burung-antara-mitos-dan.html
[6] Bahan ajar kristologi pdt dr. Keloso s ugak, hal 32
[7] Hans-Peter Grosshans, tokoh pemikir kristen Luther, editor seri Peter Vardi, penerbit Kanisius, 2005, hal 62.
[8] Ibid hal 68

Tidak ada komentar:

Posting Komentar