Jumat, 05 April 2013

MEMBUAT ANALISA EKSEGETIS DARI MATIUS 4:1-11


Ay.1   : Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.
·         Kata "oleh Roh" menunjukkan Yesus sebagai manusia Ia didorong oleh Roh Allah yang memenuhiNya sebagai Putera Allah. Dalam kata Yunani “pneima” (Roh) mempunyai arti dalam gabungan dengan kata sifat Kudus (Roh Kudus) yang dimaksud adalah Roh Allah. Yesus dipimpin oleh Roh ke padang gurun. Menurut kisah sejajar dalam Injil Markus, Roh mengusir/menghalau Yesus ke gurun (Mar 1:12). Jadi, Roh itu aktif sebagai penghalau.
·         Padang gurun (eremon) adalah tempat yang jarang didiami oleh manusia. Daerah padang gurung jarang dihuni karena merupakan daerah kering, gersang, dan berbahaya disebabkan banyak binatang buas.  Tetapi penghuninya biasanya adalah orang-orang pengembara dan hidup nomaden. Daerah yang gersang itu menjadi tempat berdiam para pemberontak dan roh-roh jahat. Juga sebagai tempat pengungsian. Padang gurun dalam PL disebut yeshimmon yang berarti tempat pembinasaan. Nama ini sesuai dengan sifat dan situasi padang gurun yang tandus, kering, dan serba sulit. Orang yang berada di sana tanpa persiapan akan mengalami kesulitan bahkan kebinasaan. Itulah mengapa Roh membawa Yesus ke padang gurun untuk dicobai.
·         Iblis "diabolos". Nama itu berarti: pemfitnah, penuduh, pendakwa. Tokoh itu diberi nama demikian oleh karena berusaha membuat manusia bersalah; ia dianggap bertanggung jawab atas segala-galanya yang menghalangi karya Allah dan karya Kristus. Pencobaan Yesus oleh Iblis adalah usaha untuk membelokkan Yesus dari jalan ketaatan yang sempurna kepada kehendak Allah.

Ay. 2  :  Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.
·         Kata nesteusas yang berarti berpuasa. Yesus berpuasa bukan karena tidak ada makanan atau peraturan agama tetapi karena sukarela. Sama seperti Musa, Yesus dalam puasa selama empat puluh hari empat malam bergumul (Ul 9:18, Kel 34:28; Ul 9:9) dan juga melihat “seluruh dunia/negeri” dari atas sebuah gunung yang tinggi (Ul 34:1-4). Dan, ayat ini juga menguatkan bahwa Yesus benar-benar manusia yang ditunjukkan dengan penekanan kata berpuasa yang khusus dilakukan manusia.
·         40 hari di padang gurun mencerminkan 40 tahun orang Israel di padang gurun sesudah pembaptisan mereka sewaktu keluar dari tanah Mesir (Hos 11:1). Angka 40 adalah lambang masa yang genap sempurna dikalangan Israel. 40 tahun lamanya Musa tinggal digunung, 40 hari lamanya Elia berjalan ke Gunung Horeb, 40 tahun lamanya Raja Daud dan Salomo masing-masing duduk di tahta Kerajaan Israel. Konteks ini menyatakan bahwa Yesus harus tinggal di padang gurun selama 40 hari lamanya.
·         Di padang gurun memanglah tidak ada makanan atau minuman apapun. Selama 40 hari, Yesus mencari persekutuan dengan BapaNya. Ia tidak merasa lapar atau dahaga, demikianlah sukacita hatiNya. Dalam PL disebut Musa dan Elia berpuasa 40 hari lamanya. Mereka  tidak makan dan tidak minum 40 hari lamanya (Kel 34:28, 1 Raj 19:8), ketika itu mereka bertemu dengan Allah. Yesus mengikuti jejak kedua orang nabi itu. Hal ini dilakukan supaya Israel yakin akan kemanusiaan Yesus sekaligus kekuasaan Allah yang ada padaNya melebihi Nabi Musa dan Elia.
Ay. 3 : Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti”.
·         Setelah 40 hari lamanya berpuasa, Yesus merasa lapar dan dahaga. BadanNya lemah dan tak berdaya; mulailah iblis (si pencoba) mencobaiNya.
·         Kata peirazwn diartikan  (seorang pencoba), ini menunjukkan bahwa pekerjaan iblis adalah mencobai.
·         Kesempatan itu dipergunakan iblis yang dengan liciknya berkata “Jika Engkau Anak Allah” (ei uios ei tou qeou), jadi iblis telah mendengar apa yang Allah katakan ditepi sungai Yordan, ketika Yesus dibaptis (Mat 3:17). Ketika itu terdengar suara yang mengatakan: “Inilah Anak yang Kukasihi....”. Gelar Anak Allah ini tidak perlu selalu mengungkapkan "anak" dengan arti sesungguhnya dan sepenuh-penuhnya. Dapat juga berarti "anak angkat" saja berkat suatu pilihan dari pihak Allah yang menciptakan hubungan khas antara Allah dan makhlukNya. Kata Anak Allah dapat diberikan kepada para malaikat, bangsa terpilih atau orang-orang Israel dan para pemimpin mereka. Hanya sebutan "Anak Allah" terbuka untuk suatu arti yang lebih mendalam sehingga dapat berarti juga anak yang sesungguhnya. Dan Yesus sendiri menyarankan arti lebih mendalam itu dengan menyebut diriNya sebagai "Anak," yang mempunyai Allah sebagai BapaNya secara istimewa, sehingga Yesus melebihi para malaikat. Sebab Yesus dengan Allah mempunyai hubungan unggul, baik dalam hal pengetahuan maupun kasih.
·         Si pencoba ingin menguji pernyataan Allah akan Yesus sebagai Anak Allah itu. Seolah-olah iblis ragu-ragu akan pernyataan Allah, ia ingin bukti dari Yesus bahwa Yesus sungguh-sungguh Anak Allah yang menolongNya, sehingga dapat membuat roti dari batu untuk memenuhi kebutuhan fisik Yesus yang berpuasa. Tidak dapat diketahui apakah iblis itu nampak oleh Yesus, apakah iblis sanggup menampakkan dirinya secara badaniah. Akan tetapi satu hal yang perlu diketahui adalah bahwa iblis datang bukan dari dalam Yesus, melainkan dari luar. Yesus mendengar suara itu diluar diriNya.
·         Iblis meminta Yesus mengubah batu menjadi roti karena batu itu bentuknya menyerupai potongan roti yang merupakan makanan pokok orang Yahudi pada saat itu dan biasanya padang gurun dipenuhi oleh batu-batu kecil.
Ay. 4  : Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”
·         Kata “Ada tertulis (gegraptai) ini Yesus mengutip dari PL (Ul 8:3), sambil menunjukkan kembali kepada sungut-sungut Israel tentang manna (Bil 11:4-9).
·         Kata roti (arto) digunakan karena merupakan makanan pokok bangsa Yahudi pada saat itu.
·         Kata hidup (zesetai) di sini bukan hanya menunjuk kepada fisik saja (makanan) tetapi juga membutuhkan Firman Allah karena SabdaNya adalah makanan yang memberi kekuatan bagi Yesus.
Ay. 5  : Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah.
·         Kota suci (agian polin) yang dimaksud adalah Yerusalem, dalam Luk 4:9 langsung disebutkan nama kota Yerusalem. Yerusalem menjadi pusat kebaktian Yahudi.
·         Bubungan (pterugion) yang dimaksudkan dalam ayat ini barangkali adalah suatu menara atau penyangga, tembok pelindung (atap), yang pasti puncak itu terletak tinggi. Kelihatannya menempatkan Yesus disana tidak secara harfiah (tidak nyata).
·         Bait Allah yang dimaksudkan dalam ayat ini bukan sinagoge apalagi gereja. Bait ini merupakan satu komplek bangunan dan pelataran yang dikhususkan sebagai tempat diadakannya korban bagi Allah.
Ay. 6  : lalu berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.”
·         iblis mempergunakan Firman Allah ketika mencobai Yesus untuk berbuat dosa karena iblis mempunyai tipu muslihat yang licik. Perkataan iblis mengutip Maz 91:11-12, seperti iblis hafal isi Alkitab. Iblis menginginkan supaya sebagai Anak Allah, Yesus mendapatkan perlindungan dari Bapa SurgawiNya sehingga iblis mencobaiNya untuk melompat dari ketinggian. 
·         Malaikat-malaikat (aggelois) ditetapkan Allah sebagai pelindung kaum beriman.
·         “Supaya kakiMu jangan terantuk batu”, kalimat itu bukan berarti hanya kaki tetapi seluruh tubuh.
Ay. 7  : Yesus berkata kepadanya: “Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!”
·         Perkataan Yesus mengutip dari Ul 6:16. Bukan berarti iblis tidak boleh mencobai Yesus, tapi bahwa Yesus tidak boleh menguji Allah Bapa. Hal ini juga ditunjukkan dari kata ekpeirseis yang berarti mencobai. Ini menunjukkan kepada kejadian di masa dimana umat Israel menuntut tanda-tanda kehadiran Allah (Kel 17:1-7).
Ay. 8-9  : Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.”
·         Kata oros (gunung) menunjukkan kata benda atau neuter, hal ini dapat saja menjadi kata benda yang dinyatakan secara alegoris (bermakna ganda). Gunung yang sangat tinggi nampaknya bukan gunung yang nyata (hanya khayal), karena setinggi apapun gunung tetap tidak dapat terlihat kerajaan dunia.
·         Kerajaan dunia (basilieas tou kosmou) dan kemegahannya menunjukkan arti bahwa iblis yang dijatuhkan Allah (Wah 18:1-20) menguasai bumi dan seluruhnya, ditekankan pada kata kosmou (kosmos: seluruh jagad). Kata kemegahan (doxan) mengacu kepada keindahan, kebesaran, dan kekayaan.
·         Semua itu akan kuberikan kepadaMu (panta soi doso), kata ini menyatakan bahwa iblis mempunyai kuasa atas sesuatu, sehingga ia berkuasa untuk memberikan kepada siapa saja yang dikehendakinya termasuk Yesus.
·         Jika Engkau sujud menyembah aku (ean peson proskuneses moi), kata ini merupakan tuntutan iblis supaya Yesus mengakui dan menghormatinya seperti Yesus menghormati Allah.
Ay. 10  : Maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”
·         Perkataan Yesus mengutip dari Ul 6:13.
·         Ungkapan enyahlah iblis (hupage satana) merupakan penekanan yang berarti Yesus memerintahkan iblis untuk meninggalkanNya (mengusir).
·         Kata Satan biasanya dipandang sebagai nama musuh utama Allah dan nama penguasa kejahatan. Pada awalnya, setan dipandang sebagai makhluk netral yang bertugas melaporkan dosa manusia kepada Allah. Namun dalam PB, setan digambarkan sebagai pribadi yang jahat.
·         Dan kata yang jelas untuk menundukkan Iblis adalah proskunesies yang berarti menyembah atau perintah yang keras dan, latreusies yang berarti melayani, berbakti, beribadah.
Ay. 11  : Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.
·         Lalu iblis meninggalkan Dia menerangkan bahwa Iblis telah dikalahkan. Dan malaikat yang datang melayani itu berarti menolong atau memberi apa yang diperlukan Yesus.

Yohanes Calvin


A.    Yohanes Calvin (1509-1564)
Yohanes Calvin adalah seorang pemimpin gerakan reformasi gereja di Swiss. Ia merupakan generasi kedua dalam jajaran pelopor dan pemimpin gerakan reformasi gereja pada abad ke-16, namun peranannya sangat besar dalam gereja-gereja reformatoris. Gereja-gereja yang mengikuti ajaran dan tata gereja yang digariskan Calvin tersebar diseluruh dunia. Gereja-gereja itu diberi nama Gereja Calvinis. Di Indonesia gereja-gereja yang bercorak Calvinis merupakan golongan gereja yang terbesar.
Yohanes Calvin dilahirkan pada tanggal 10 Juli 1509 di Noyon, sebuah desa disebelah utara kota Paris, Perancis. Ayahnya bernama Gerard Cauvin, Ibunya bernama Jeanne Lefranc. Ibunya adalah seorang wanita yang cantik dan saleh. Keluarga Calvin mempunyai hubungan yang erat dengan keluarga bangsawan Noyon. Oleh karena itu, pendidikan elementernya ditempuh dalam Istana bangsawan Noyon. Maka dari itu, Calvin memperlihatkan sifat-sifat kebangsawanan. Pada mulanya Ayah Calvin menginginkan anaknya untuk menjadi seorang imam.  Pada umur 12 tahun Calvin sudah menerima ‘’ Taonsor”. Pada tahun 1523 Calvin memasuki pendidikannya pada jenjang yang tinggi. Setelah Calvin menyelesaikan pendidikannya, tiba-tiba ayahnya tidak menginginkan ia menjadi seorang iman melainkan menjadi seorang ahli hukum.  Dengan demikian Calvin menjadi seorang ahli hukum, di mana studi hukum yang di pelajarinya sangat mempengaruhi dalam usaha pembaharuan dan penataan Gereja Reformasi yang di pimpinnya. Di mana dalam hal ini calvin sangat menekankan ketertiban dan keteraturan dalam Gereja.
Ketika Calvin masih muda Calvin menerbitkan beberapa revisi dari Institutio, sebuah karya yang menjadi dasar dalam teologi Kristen yang masih dibaca orang-orang hingga sampai saat ini, tulisan ini dibuatnya dalam bahasa Latin pada 1536 (pada usia 26 tahun) dan kemudian dalam bahasa ibunya, bahasa Perancis, pada 1541, dan edisi finalnya masing-masing muncul pada tahun 1559 dan 1560.
Ia juga banyak menulis tafsiran tentang kitab-kitab di dalam Alkitab. Untuk Perjanjian Lama, ia menerbitkan tafsiran tentang semua kitab kecuali kitab-kitab sejarah setelah Kitab Yosua (meskipun ia menerbitkan khotbah-khotbahnya berdasarkan Kitab 1 Samuel dan sastra Hikmat kecuali Mazmur. Untuk Perjanjian Baru, ia melewatkan Surat 2 Yohanes dan Surat 3 Yohanes serta Kitab Wahyu. (Sebagian orang mengatakan bahwa Calvin mempertanyakan kanonisitas Kitab Wahyu, tetapi ia mengutipnya dalam tulisan-tulisannya yang lain dan mengakui otoritasnya, sehingga teori itu diragukan). Tafsiran-tafsiran ini pun ternyata tetap berharga bagi para peneliti Alkitab, dan setelah lebih dari 400 tahun masih terus diterbitkan.[1]
B.     Reformasi Yohanes Calvin
Yohanes Calvin adalah salah satu Reformator yang sangat berpengaruh dalam berbagai bidang, diantaranya ialah gereja, politik,social. Pandangan Calvin tentang keselamatan hampir sama dengan pandangan Luther, dimana keselamatan merupakan Anugerah dari Allah. Namun Calvin lebih lanjut  menegaskan bahwa orang berdosa yang sudah di benarkan karena anugerah Allah itu harus memelihara hidupnya sebagai orang yang sudah dipilih dan di kuduskan oleh Allah, oleh karena itu perlu adanya kedisiplinan. Karena dengan kedisplinan orang yang sudah di selamatkan akan menunjukan sikap sebagai orang yang sudah menerima anugerah tersebut. Kata Anugerah pada dasarnya berarti kemurahan ilahi yang tidak seharusnya di terima  dan bukan semacam balas jasa yang di berikan pada manusia. Karena menurut Calvin orang yang sudah menerima Anugerah hidup kekal, pasti akan menunjukan sikap dan tindakan yang baik. Teologi Calvin hampir sama juga dengan teologi dari Agustinus, dimana antara keduanya sama-sama menekankan kesucian dan kekudusan.
v  Reformasi dalam tata gereja
Gereja adalah persekutuan orang-orang yang telah di selamatkan berkat kasih karunia Allah di dalam Yesus Kristus, yang telah di benarkan kendati tetap merupakan manusia berdosa, yang ke semuanya di sambut dan di terima melalui Iman. Sehubungan dengan itu Calvin lebih lanjut menegaskan bahwa Allah memanggil dan menyediakan orang-orang yang di tugaskan memberitakan Firman dan melayankan sakramen serta gembala-gembala yang menuntut dan membina warga jemaat. Dalam hal ini Calvin lebih menekankan perlunya pejabat atau jabatan Gerejawi. Menurut Calvin, di dalam gereja ada empat jabatan: Gembala atau Pendeta, Pengajar, Penetua, dan Syamas atau Diaken.[2]
v  Disiplin Gereja
Dalam hal ini Calvin sependapat dengan Luther yang menekankan bahwa kedisplinan dalam gereja harus di tekankan. Karena disiplin berkaitan erat dengan kekudusan dn kesucian. Dimana dengan kedisplinan bertujuan mempertahankan kesucian gereja sebagai persekutuan yang merayakan perjamuan kudus. Supaya nama Allah tetap dipermuliakan dan tidak dicemarkan. Jadi displin gereja harus dipahami sebagai  upaya memelihara pengudusan didalam gereja sebagai alat untuk mendorong warga jemaat agar hidup dengan mengandalkan pembenaran. Seraya membantu mereka yang terancam menyimpang atau tersesat untuk kembali kejalan yang benar.
Ibadah dan sakramen
Bagi Calvin ibadah dan tata ibadah bukan hanya merupakan soal praktis dan incidental, yang bisa di susun dan di selenggarakan menurut selera dan suasana sesaat. Baginya ibadah dan tata ibadah berkaitan erat, bahkan merupakan satu kesatuan, dengan pokok-pokok ajaran mendasar yang kita lihat di atas, sebab gereja mengungkapkan imannya melalui ibadah. Ibadah di dalam gereja-gereja calvinis sama seperti gereja Lutheran yang berpusat pada pemberitaan firman atau khotbah dan perayaan Perjamuan Kudus. Ciri-ciri ibadah gereja calvinis adalah; firman Tuhan, ruangan dan suasana ibadah harus dibersihkan dari segala sesuatu yang merusak kehidupan gereja. Benda-benda dan perkara-perkara yang di dalam gereja yang di anggap suci tentang hal ini Calvin lebih tegas dan  keras menolak hal ini. Dalam hal sakramen mengenai perjemuan kudus, calvin mengajarkan bahwa perjemuan kudus adalah pemberian Allah dan bukan perbuatan manusia. Roti dan anggur bukan saja lambang, melainkan alat yang dipakai untuk memberikan tubuh dan darah Kristus kepada umat-Nya.  Roti dan anggur tidak bisa dianggap sama saja dengan tubuh dan darah yang di dalam sorga itu, melainkan harus dianggap sebagai tanda dan meterai dari anugerah dan kasih Tuhan dalam Yesus Kristus. Dalam pelaksanaan perjamun kudus, Calvin sangat teliti. Dalam hal baptisan, menurut Calvin babtisan merupakan tanda pengampunan dan hidup baru. Babtisan menandakan bahwa hidup kita telah ikut serta dalam kematian dan kebangkitan kristus dan bahwa kita juga telah menjadi satu dengan dia.
C.    Politik Yohanes Calvin
Salah satu bentuk pemikiran konsepsi politik calvin secara teoritis sangat mirip sekali dengan Augustinus. Pemahaman mengenai perlunya pemerintahan yang disebabkan kejatuhan manusia memiliki kesamaan dengan istilah dosa yang menjadi alasan dalam pandangan Agustinus. Perbedaan yang mencolok menyangkut kerajaan “spiritual” yang berada di dalam jiwa dengan pemerintahan sipil yang mengatur perilaku lahiriah, sangat Nampak sekali dalam diri Calvin.
Pada dasarnya beberapa kalangan mencoba memberi kesimpulan mengenai pemikiran politik Calvin, De Jonge misalnya memberikan 3 bentuk, yakni : Teokrasi, Bibliokrasi dan Kristokasi. Hal yang sama juga diuraikan oleh John McNeil dengan beberapa perbedaan dengan Jonge khususnya mengenai dasar-dasar Alkitabnya.
I.                   Pandangan Alkitab terhadap politik
Ada beberapa teks alkitab, khususnya dalam perjanjian Baru yang mendasari pandangan Kristen tentang hubungan gereja dengan negara. Teks pertama adalah kutipan jawaban Tuhan Yesus ketika orang farisi dan herodian menjebak dia dengan pertanyaan : bolehkah membayar pajak kepada kaisar ? Yesus menjawab : “berikanlah kepda kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (matis 22: 21-21b). berdasarkan jawaban Yesus, gereja memahami dirinya sebagai warga Negara rangkap yaitu sebagai warga Negara secara politis dan warga kerajaan/ pemerintahan Allah. Alasan pokoknya adalah oleh karena Negara, khususnya pemerintah dipahami sebagai pemberian dari Tuhan untuk kebaikan manusia
      Hal ini terkait dengan teks kedua yaitu roma 13:1-7 dan 1 petrus 2 :11-17 yang berbicara tentang status pemerintahan sebuah Negara sebagai pemberian Allah sendir. Dalam Roma 13:1-2 terrtulis: “ tiap-tiap orang harus takut kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, di tetapkan oleh Allah. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalas murka Allah atas mereka yang berbuat jahat.   Ketaatan kepada kaisar, raja, atau pemerintah bukanlah kataatan kepada manusia melainkan wujud dari ketaatan kepada Allah yang diyakini menciptakan negara, termasuk pemerintah yang berkuasa di negara tersebut. Ketaatan kepada Tuhan adalah ke taatan bersifat mutlak, sedangkan ketaatan kepada negara adalah ketaatan bersyarat.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, gereja dan negara memiliki kesamaan di antaranya adalah; di mana keduanya adalah entitas yang di ciptakan oleh Tuhan dan menerima tugas dan panggilan mereka dari Tuhan. Di mana keduanya bertugas dan berfungsi di tengah-tengah perrgaulan hidup manusia. Tetapi ada juga perbedaan, umpamanya bahwa gereja melayani tugas-tugas rohani, sedangkan negara melayani tugas-tugas di duniawi. Dalam menjalankan tugas dan fungsi yang berbeda namun dalam medan yang sama hubungan gereja dan negara menjadi sangat penting.[3]
 
D.    Tinjauan etis politik Yohanes Calvin
Dalam melakukan reformasi, Calvin lebih menekankan kepada hal ke disiplinan. Hal itu dilakukan karena memiliki motivasi dan tujuan dalam melakukan pembaharuan di dalam hubungan Gereja dan Negara. Hubungan Gereja dan Negara dalam teologia Calvin sangat erat. Calvin bercita-cita suatu negara theokrasi. Seluruh kehidupan masyarakat harus di atur sesuai dengan kehendak Allah. Pemerintah bertugas juga untuk mendukung Gereja dan menghilangkan segala sesuatu yang berlawanan dengan berita injil yang murni karena Gereja dan Negara hidup saling berdampingan di mana keduanya sama-sama bertugas untuk melaksanakan kehendak Allah dan kehormatan Allah.   Namun bukan hanya itu saja pemahaman akan pentingnya sebuah pemerintahan agar mengatur hingga manusia tidak jatuh kedalam dosa. Dalam hal ini calvin juga melihat bahwa tugas dan tanggung jawab antara gereja dan negara sama-sama penting dalam rangka mewujutkan jemaat yang disiplin. Sikap Calvin yang sangat positif terhadap pemerintahan memiliki maksud dan tujuannya sendiri. Di samping terselenggaranya dan tercapainya tujuan atau kepentingan umum, Calvin juga sangat mengharapkan agar pemerintah juga menjadi pelindung gereja, termasuk dalam melindungi dokrin-dokrin gereja. Walaupun demikian Calvin tidak kehilangan kesadaran dan daya kritis terhadap pemerintah jika ia melihat para penguasa atau pemerintah yang melawan Allah dan memiliki perilaku yang tidak patut terhadap manusia. Dari berbagai hal yang Calvin lakukan dalam reformasi tentu ada sisi negatifnya, walupun secara keseluruhan yang ia lakukan mempunyai pengaruh yang besar di bidang gereja,  dan politik.
E.     Refleksi Teologis
Pada dasarnya Gereja mempunyai kedisiplinan yang ketat dan itu yang ditekankan oleh Calvin. Jika ada gereja yang tidak menekankan kedisiplinan maka mereka akan mendapat hukuman dari Calvin, contohnya yang terjadi saat itu jika ada orang yang tidak bisa menyanyi, beribadah yang baik dan tidak mematuhi aturan yang sudah ditentukan maka mereka akan mendapatkan hukuman mati atau secara halus dikeluarkan dari Gereja. Tetapi sangat bertolak belakang dengan realitas masa kini Gereja jarang sekali menekankan kedisiplinan ketika beribadah , memang pada dasarnya gereja sudah menetapkan berbagai kedisiplinan tetapi masih banyak orang-orang yang menyepelekan kedisiplinan itu dan melanggarnya. Contohnya untuk sekarang ini kita sering melihat ketika ibadah masih saja ada yang ribut dan bermain HP, padahal kalau kita memahami jika dalam ibadah masih saja ribut bagaimana kita bisa mendapatkan pengajaran yang baik jika untuk ibadah saja tidak bisa disiplin bagaimana dalam kehidupan sehari-hari untuk bisa berbuat baik dan mendisiplinkan diri.
Itulah sebabnya calvin menekankan ke disiplinan dalam gereja agar setiap orang bisa belajar dari hal yang kecil untuk melatih dirinya seperti yang terdapat dalam  Lukus 16: 10
Jika dalam hal kecil dan sudah bisa melakukannya dengan yang baik sesuai peraturan yang ditentukan maka otomatis buah dari kediplinan itu akan sangat baik bagi kehidupan pribadi terlebih untuk semua banyak orang. 


[1] F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam sejarah (Jakarta:BPK Gunung Mulia 1987) Hal 64-65

[2] Pdt. Dr Jan Sihar Aritonang”Garis Besar Sejarah Reformasi” Jurnal infomedia Bandung. Hal 103-107
[3] Robert P. Borrong”Etika Politik Kristen. (Jakarta: Unit Publikasi dan Informasi 2006) Hal 14-15