YESAYA
1.
Latar
Belakang Sosial
Latar
belakang sosial Yesaya tidak terlepas dari kehidupan historis Yesaya sendiri
yang meliputi pemerintahan Raja Yehuda maupun penglihatan-penglihatannya saat
itu karena Yesaya hidup pada zaman itu. Yesaya merupakan nama sebuah kitab yang
merupakan bagian dalam Perjanjian Lama. Penamaan kitab ini berdasarkan pada
seorang nabi besar yang hidup di Yerusalem pada abad 8 SM. Nabi Yesaya
merupakan seorang terpelajar dan ahli politik yang tinggal di Yerusalem ibukota
Yehuda. Dalam kitab Yesaya banyak sekali nubuat untuk Yerusalem, Yesaya sangat
menentang penduduk yehuda yang hidup pada zaman itu, karena mereka meninggalkan
Yahweh. Dia menubuatkan kehancuran Yerusalem dan pembuangan ke Babel. Dipihak
lain, Yesaya dengan mata rohani melihat bagaimana orang buangan itu akan
kembali ke Yerusalem sekitar dua abad kemudian.[1]
Sebelum
Yehuda ditaklukkan oleh Babel, keadaan sosial di Yehuda sangat tidak berkenan
kepada Allah karena kehidupan orang-orang Yehuda sangat jauh dari kehendak
Allah. Groenen menyatakan, ketika Yesaya tampil sebagai nabi, Israel sedang
dilanda krisis politik, ekonomi dan agama. Kekuasaan politik terbesar yang
menguasai zaman itu adalah Asyur dengan ibukota Niniwe di daerah Mesopotamia.
Pada waktu itu kerajaan Israel utara masih berdiri tegak, makmur dan sejahtera.
Tapi masa kelimpahan itu disertai dengan kemerosotan akhlak, ketidakadilan dan
pemerasan oleh kalangan atas terhadap rakyat kecil yang merajarela.
Nabi
Yesaya di kerajaan Yehuda mengecam kemerosotan itu dan mengemukakan ancaman
hukuman Allah. Ancaman itu bukanlah omong kosong, sebab kerajaan Asyur sedang
berkembang pesat di bawah pimpinan Tiglat-Pileser III. Kecaman dan ancaman
Yesaya dituturkan dalam pasal 1-5, dan bercampur dengan nubuat-nubuat lain yang
ditujukan kepada umat Yehuda[2].
Selanjutnya Groenen menyebutkan bahwa kekudusan Allah merupakan pokok
pemberitaan Yesaya[3].
Yesaya tak henti-hentinya mewartakan kekudusan Allah yang dialaminya untuk
menyadarkan seluruh umat akan kebesaran dan kekudusan Tuhan. Kepada Raja Ahas
dan Hizkia, Yesaya tegas menyatakan bahwa kepercayaan kepada Tuhan Allah adalah
mutlak, tidak hanya di bidang rohani tetapi juga dibidang politik[4].
Oleh karena latar belakang sosial saat itulah yang membuat Yesaya dipakai oleh
Allah untuk membawa umat Israel kembali kejalan Tuhan.
Yesaya
Bin Amos adalah seorang Yehuda yang berasal dari Yerusalem, ia memulai
pelayanannya pada masa wafatnya Raja Uzia pada tahun 740 SM sampai dengan
Hizkia pada tahun 687 SM, jadi pelayanannya meliputi setengah abad sejarah
Yehuda. Menurut tradisi Yahudi, Yesaya mati syahid dengan digergaji menjadi dua
oleh Raja Manasye putra Hizkia yang jahat dan penggantinya pada tahun 680 SM[5].
Yesaya rupanya berasal dari keluarga kalangan atas di Yerusalem, ia juga
seorang yang berpendidikan serta memiliki bakat sebagai seorang yang mampu
mengubah syair dan Yesaya juga dipandang sebagai nabi yang paling memahami
kesusastraan serta menjadi nabi yang sangat berpengaruh dari semua nabi yang
menulis kitab. Yesaya ternyata juga mengenal sangat baik keluarga kerajaan itu
terlihat dari mudahnya ia keluar masuk kerajaan sehingga ia diduga memiliki
hubungan dengan keluarga kerajaan, Yesaya juga dengan lantang memberikan
nasehat kepada Raja dengan nubuatnya mengenai politik luar negeri Yehuda.
Yesaya
hidup sezaman dengan Hosea dan Mikha yang menubuatkankan ancaman dari Asyur dan
keruntuhan Israel Utara serta menurunnya akhlak bangsa Yehuda. Panggilan yang
diterima oleh Yesaya untuk menjadi nabi terjadi ketika beribadah di Bait Allah
di Yerusalem. Panggilan itu sangat menekankan pemahamannya mengenai Allah
sebagai Raja Israel[6].
Pemahaman itu sangat menonjol ketika perayaan musim gugur dimana orang-orang memuji-muji
Tuhan atas kuasaNya yang besar. Saat itulah awal dari pemanggilannya serta
panggilan tersebut diiringi dengan Tugas yang Tuhan berikan yaitu
memperingatkan atau menyampaikan bahwa suatu malapetaka besar akan menimpa
bangsa Israel. Artinya adalah Yehuda akan mengalami kekalahan militer yang
disusul kemudian dengan membumi hanguskan kota-kota serta seluruh tanah Yehuda.
Dari seruan-seruan serta peringatan-peringatan dari nabi Yesaya itu nampak
bahwa Allah benar-benar murka atas Yehuda karena ketidaktaatan mereka kepada
Tuhan. Jadi, Yesaya dipanggil oleh Tuhan karena latar belakang sosial Yehuda
yang jauh dari ketetapan Allah.
2.
Keadaan
Ekonomi
Keadaan
ekonomi pada masa pelayanan Yesaya baik itu Yehuda atau Israel utara tidak
dapat dipisahkan dari keadaan politik yang terjadi didua kerajaan ini tapi
keadaan Israel yang sebelumnya makmur serta maju karena letak kerajaan ini
sangat strategis dan menjadi jalur perdagangan yang sangat ramai membuat mereka
lupa identitas mereka yang sebenarnya dan membuat mereka terlena sehingga jauh
dari Tuhan karena kesombongan orang-orang Israel tetapi ketika terjadi perang
saudara dengan Yehuda yang kala itu memiliki hubungan dengan Asyur membuat
mereka terpaksa untuk berperang kemudian tidak diketahui lagi sejak kejatuhan
Israel tahun 722 SM oleh Asyur. Sedangkan Yehuda pada masa pemerintahan Uzia
sangat menikmati kemakmuran. Hal itu disebabkan karena melemahnya kerajaan Aram
dan tidak adanya campur tangan Asyur diwilayah mereka dalam waktu yang cukup
lama. Dalam keadaan yang seperti itulah diduga Yesaya telah bekerja dan pada
masa-masa itulah Yesaya banyak melalui peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Israel serta kemakmuran Yehuda.
Tetapi keadaan itu tidak cukup lama karena Yehuda mengalami krisis politik
karena Asyur mulai sangat aktif dalam memperluas daerah kekuasaan. Dalam
keadaan Yehuda yang saat itu sedang mengalami krisis politik memang tidak
begitu menonjolkan keadaan ekonominya karena keadaan Yehuda saat itu sedang
siaga perang terhadap kekuasaan Asyur. Yehuda dan Asyur memiliki suatu ikatan
kerja sama yang mengharuskan Yehuda membayar upeti kepada Asyur karena saat itu
Asyur menjadi salah satu kerajaan kuat yang banyak menaklukkan
kerajaan-kerajaan termasuk Israel utara. Sebelumnya Yehuda meminta bantuan
kepada Asyur untuk menaklukkan Israel utara, oleh karena itulah Yesaya menegur
Raja Ahas yang saat itu sedang berkuasa di Yehuda agar tidak bersekutu dengan
bangsa lain tetapi peringatan itu tidak diindahkanya. Ahas menolak nasihat
Yesaya, lalu minta tolong kepada Asyur[7].
Yesaya menegur Raja Ahas agar percaya Tuhan saja sebagai perlindungan mereka.
Yesaya mempunyai pengaruh terbesar pada masa pemerintahan Raja Hizkia[8].
Karena hubungan yang demikianlah Yehuda memberikan upeti kepada Asyur yang
tentu saja menambah pengeluaran negara. Keadaan ekonomi Yehuda yang hanya
mengandalkan peternakan dan pertanian selain pekerjaan lain seperti tambang dan
perdagangan tetapi dalam hal yang sangat terbatas sedangkan Yehuda juga harus
selalu mempersiapkan diri dari serangan-serangan bangsa lain sehingga
perekonomian Yehuda mengalami krisis sebagai dampak krisis politik yang terjadi
saat itu. Oleh karena itulah Yesaya tampil untuk memperingatkan orang-orang
Yehuda karena ketidakadilan merajarela, rakyat menderita serta akhlak
orang-orang Yehuda sangat jauh dari ketetapan Allah.
Keadaan itu diperburuk lagi saat Asyur
dikalahkan oleh Babel karena saat itu kekuatan babel sangat besar sehingga
banyak kerajaan yang ditaklukkannya. Yehuda kala itu juga diserang serta
dikalahkan. Kota-kota Yehuda dihancurkan dan bait Allah juga tidak luput dari penghancuran
itu dan orang-orang Yehuda ditawan menjadi orang buangan ke Babel jauh dari
Yerusalem tanah kelahiran mereka. Tercatat bahwa 4.600 orang Yehuda dibawa ke
Babel dalam tiga gelombang antara tahun 598 dan 582 SM[9].
Kebanyakan mereka hanya laki-laki yang terhitung dalam jumlah itu serta anggota
keluarga mereka juga ikut di pindahkan ke Babel. Orang-orang buangan itu
kebanyakannya adalah orang-orang golongan atas di Yerusalem dan negeri
sekitarnya seperti para bangsawan, imam dan pegawai tinggi ditambah dengan
beberapa ratus ahli dan tukang serta tuan-tuan tanah. Di dalam pembuangan,
mereka diijinkankan membangun tempat tinggal didekat Babel serta diijinkan
memelihara agama mereka dan berdagang serta bertani sebagai usaha mereka dalam
melanjutkan hidup. Dalam pembahasan ini juga keadaan ekonomi pada masa itu
tidak dijelaskan tetapi dapat dilihat bahwa keadaan orang-orang Yehuda yang
saat itu dalam keadaan tertekan sebab mereka menjadi orang asing jauh dari
tanah kelahiran mereka Yerusalem. Orang-orang Yehuda di pembuangan diharuskan
bekerja rodi pada saat tertentu dan harus mematuhi perintah-perintah penguasa Babel
sehingga kehidupan mereka sangat sulit. Oleh karena itulah mereka
mengidam-idamkan pembaharuan dengan menantikan penolong bagi mereka.
Pada
masa pembuangan inilah Yesaya tampil sebagai nabi walaupun para ahli tidak
meyakini bahwa Yesaya pada masa itu sama dengan Yesaya pada masa sebelum
pembuangan karena nabi yang berfirman pada zaman pembuangan tidak
memberitahukan namanya tetapi hanya sekali disinggung pada
pemanggilannya(40:6-8). Pada masa itu orang-orang Yehuda dipembuangan menderita
selama 40 tahun lamanya sehingga jaminan yang Tuhan berikan dulu kepada mereka
sebagai berkat turun temurun menghilang serta kota suci mereka dan bait Allah
pun hancur. Hal itu terjadi sesuai dengan apa yang diberitakan Yesaya sebagai
hukuman yang Tuhan sendiri jatuhkan kepada umat pilihan-Nya yang melanggar
kehendak Allah. Yesaya membangkitkan kembali kepercayaan kepada Allah dengan
mengingatkan kuasaNya sebagai khalik, kemurahannya sebagai Allah yang memilih
Abraham dan keturunannya, kasihNya dalam pembebasan dari Mesir[10]. Yesaya
pada zaman ini lebih memberikan semangat dan pengharapan karena Yesaya melihat
bahwa orang-orang buangan di Babel sangat menderita karena dibawah tekanan para
penguasa Babel, walaupun mereka diijinkan memelihara agama mereka tetapi mereka
selalu merindukan Yerusalem. Dalam keadaan yang seperti itu Yesaya mampu
membangkitkan kepercayaan mereka kepada Tuhan hingga pada zaman berikutnya
bangkitlah seorang Raja Persia bernama Koresy yang menaklukan Babel serta
menjadi penguasa kala itu. Pada Tahun 538 Raja Koresy mengijinkan orang-orang
buangan kembali ke negeri mereka masing-masing termasuk orang-orang Yehuda
untuk pulang ke Yerusalem serta untuk membangun kembali kota-kota di Yerusalem
termasuk membangun kembali Bait Allah.
Keadaan
ekonomi Yehuda setelah kembalinya orang-orang Yehuda dari pembuangan sedikit demi
sedikit menjadi lebih baik, mulai tahun berikutnya orang-orang mulai kembali
sekelompok demi sekelompok dan merencanakan pembaharuan karena Raja Koresy
mengembalikan harta benda kepunyaan Bait Allah serta mengijinkan mereka
membangun tembok-tembok kota. Tetapi sayang pada masa itu pembangunan belum
juga berhasil karena orang-orang lebih mementingkan diri mereka sendiri.
Orang-orang yang berkecukupan membangun rumah-rumah untuk mereka sendiri
sedangkan orang-orang yang miskin dibiarkan terlantar. Ketidak stabilan ekonomi
dan politik pada masa itu menghambat rencana pembangunan itu sampai pada
pemerintahan Raja Darius, ketika Hagai menyatukan orang-orang Yahudi kembali
untuk bersama-sama membangun Bait Suci, pekerjaan yang dimulai pada tahun 520
SM selesai pada tahun 515 SM[11].
Namun ketentraman yang diharapkan pada nabi masa itu tidak sesuai dengan yang
diharapkan malah sebaliknya para Imam menyalah gunakan kedudukan mereka, rakyat
berbakti kepada dewa-dewa dan hari sabat serta pembayaran pajak agama dianggap
remeh. Pada tahun-tahun yang gelap inilah bangkit seorang nabi yang membawa
firman Allah yaitu Yesaya yang diduga juga berbeda dengan Yesaya sebelumnya
tetapi ajaran yang dibawanya adalah sama yaitu kembali kepada Tuhan dengan
demikian Ia pun mengingatkan bangsa Yehuda untuk menimbulkan kesadaran agar
umat Tuhan hidup dan percaya terus.
3.
Keadaan
Budaya
Nabi
Yesaya sangat berbeda dengan nabi lainnya yang sezaman dengan dirinya karena
Yesaya memiliki latar belakang agama dan kebudayaan yang sangat khusus, seperti
Amos dan Hosea yang menyampaikan ucapan-ucapan mereka di Israel utara yang
mempunyai latar belakang kehidupan pedesaan dimana tradisi Israel kuno yang
berdasarkan suku dan kekeluargaan masih sangat kuat[12].
Kala itu juga kedudukan sosial budaya masyarakat sangat kuat dengan paham
Patriakart yaitu kedudukan laki-laki yang lebih tinggi dari perempuan.
Kebudayaan yang seperti itu yang mempengaruhi kebudayaan di Israel kuno hingga
zaman Yesaya. Karena kedudukan perempuan yang lebih rendah membuat perempuan
tidak memiliki peran baik dalam ibadah maupun dalam politik di Israel dan oleh
karena itu juga perempuan tidak mendapat pendidikan seperti laki-laki yang
diharuskan, mereka hanya mendapat sedikit pengetahuan dari ayah atau suami
mereka. Berbeda dengan Yesaya yang terpengaruh dengan kehidupan dan suasana
kota dimana nabi Yesaya sendiri dibesarkan. Di Yerusalem ada dua peristiwa
penting yang pernah terjadi dan sangat mempengaruhi pemahaman agamiah
Yesaya yaitu peristiwa pertama adalah
pemindahan tabut Allah kedalam kota Yerusalem oleh Daud, yang menyebabkan
gunung Sion menjadi tempat ibadah orang Israel, kemudian peristiwa yang kedua
adalah nubuat nabi Natan yang mengatakan, bahwa keturunan Daud akan memerintah
seluruh Israel atas perkenaan Allah[13].
Kedua peristiwa besar inilah yang mempengaruhi keagamaan di Yerusalem dan
selalu dirayakan di Yerusalem dengan puji-pujian dan nyanyian-nyanyian yang
khusus. Yerusalem pada zaman itu hingga kini disebut sebagai kota Raja besar
karena bait Allah ada disana dan dari sana terpancar kemuliaan Allah. Kota
Yerusalem juga disebut sebagai kota Daud, karena dari sana Daud membawa hukum Tuhan
yang membawa keadilan bagi seluruh umat Israel. Karena latar belakang keadaan
Yerusalem kala itu yang membuat Yesaya menjadikannya hal utama dalam
pemberitaannya yaitu kerajaan yang dipimpin oleh Allah karena baginya Yerusalem
adalah sebagai pusat kehadiran Allah karena disanalah Allah berdiam.
4.
Hal-hal
khusus Dalam Kitab Yesaya
Kitab
Yesaya sangat berbeda dengan kitab-kitab lainnya yang terdapat dalam Alkitab
karena kitab Yesaya ini merupakan kitab terbesar dalam kanon Alkitab. Kitab ini
juga sangat penting karena menubuatkan peristiwa-peristiwa yang akan di alami
oleh Yehuda. Dalam kitab Yesaya dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, baik
berdasarkan tema utama atau berdasarkan raja yang memerintah maupun berdasarkan
apa yang dikatakan tentang Mesias.
Bagian
pertama: 1-35 nubuat kepada Israel dan kepada bangsa-bangsa
36-39 nubuat kepada Hizkia
40-66 nubuat tentang keselamatan
Bagian
kedua: 1-6 Uzia dan Yotam
7-39 Ahas dan Hizkia
40-66 Hizkia
Bagian
ketiga: 1-37 kitab tentang Raja
38-55 kitab tentang
Hamba
56-66 kitab tentang
Penakluk
Penulis Kitab Yesaya
Secara
penulisan, kitab ini tergolong kitab yang sangat istimewa karena sampai saat
ini masih terjadi perdebatan atas pembagian serta penulis kitab ini dikalangan
para ahli teolog. Berdasarkan pandangan saat ini didasarkan pada pendapat
penulis berbicara kepada orang-orang yang hidup sezaman dengan dia, dimulai
dari pasal 40 penulis berbicara kepada orang-orang yang berada dalam
pembuangan. Alasan kedua, mulai dari pasal 40 baik gaya bahasa, perbendaharaan
kata, maupun tekanan teologis berbeda dari pasal 1-39. Menurut Lasor, ia
menerima dan mengakui ada perkembangan gagasan dalam kitab Yesaya, bahkan
menerima pendapat bahwa tambahan penulisan tersebut dilakukan oleh para murid
Yesaya di kemudian hari, tetapi menurutnya tidak cukup alasan untuk menolak
alasan pandangan bahwa Yesaya bertanggung jawab atas seluruh nubuat yang
menggunakan namanya[14].
Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa dari
sudut gaya bahasa, perbendaharaan kata maupun teologi memang ada perbedaan.
Dalam kitab Yesaya ada 3 bagian
yaitu;
·
Pasal 1-39, berasal dari nabi Yesaya
sendiri pada zaman Yehuda kerajaan selatan diancam oleh Asyur Negara
tetangganya yang sangat kuat. Yesaya menyadari bahwa yang sesungguhnya
mengancam Yehuda bukanlah kekuatan Asyur,tetapi dosa bangsa Yehuda itu sendiri,
karena bangsa itu tidak taat dan kurang percaya kepada Tuhan.
·
Pasal 40-55, ditulis oleh seorang yang
hidup pada masa pembuangan di babel, yang tidak diketahui lagi namanya sehingga
sering disebut Deutero Yesaya.[15]
Dalam keadaan mereka yang hancur tanpa pengharapan, Yesaya memberitakan bahwa
tidak lama lagi Tuhan akan membebaskan umat-Nya dan membawa mereka pulang ke
Yerusalem untuk memulai hidup baru bersama Tuhan.
·
Pasal 56-66, terdiri atas beberapa
kumpulan nubuat dari zaman setelah pembuangan yang ditulis oleh Trito Yesaya.
Bagian ini sebagian besar ditujukan kepada bangsa yang sudah kembali ke
Yerusalem. Mereka perlu diyakinkan lagi bahwa Tuhan akan memenuhi
janji-janji-Nya kepada bangsa itu. Dalam bagian ini ditekankan secara khusus
tentang cara hidup yang benar dan keadilan, juga kepada cara merayakan hari
sabat serta mempersembahkan kurban dan doa.
Ciri-ciri Khusus dalam Kitab Yesaya
Selain
itu juga kitab Yesaya memiliki ciri-ciri khas, dalam Alkitab penuntun hidup
berkelimpahan mengatakan bahwa ada delapan ciri utama yang menandai kitab
Yesaya ini[16],
yaitu;
1. Sebagian
besar kitab ini ditulis dalam bentuk syair Ibrani dan sebagai karya sastra yang
tidak dapat dibandingi keindahannya, kuasa serta keanekaragaman syairnya.
2. Yesaya disebut nabi injili karena dari semua
kitab PL, nubuat-nubuatnya tentang Mesias berisi pernyataan yang paling lengkap
dan jelas.
3. Penglihatannya
tentang salib dalam pasal 53 adalah nubuat yang paling khusus dan terinci dalam
keseluruhan Alkitab mengenai kematian Yesus yang mendamaikan bagi orang
berdosa.
4. Kitab
ini menjadi kitab nubuat PL yang paling teologis dan luas, ia menjangkau
kebelakang kepada saat Allah menciptakan langit dan bumi serta hidup manusia
dan memandang kedepan kepada saat Allah mengakhiri sejarah dan menciptakan
langit baru dan bumi yang baru.
5. Kitab
ini berisi lebih banyak pernyataan tentang tabiat, keagungan dan kekudusan
Allah daripada kitab nubuat PL lainnya. Allah yang diperlihatkan Yesaya adalah
kudus dan mahakuasa, ungkapan yang sering digunakan untuk Allah adalah “Yang
Mahakudus, Allah Israel.
6. Yesaya
yang artinya “Tuhan yang menyelamatkan”, adalah nabi keselamatan. Ia memakai
istilah “keselamatan” hampir tiga kali lebih banyak daripada seluruh kitab para
nabi lainnya. Yesaya menyatakan bahwa maksud penuh keselamatan Allah akan
digenapi hanya dengan kaitannya dengan Mesias.
7. Yesaya
seringkali mengacu kembali kepada peristiwa-peristiwa penebusan sebelumnya dalam
sejarah Israel misalnya peristiwa keluaran, pemusnahan Sodom dan Gomora serta
kemenangan Gideon atas suku Midian.
8. Bersama
dengan Ulangan dan Mazmur, kitab Yesaya termasuk kitab paling banyak dikutip
dalam PB.
[1] Rangkaian visi mutiara kitab yesaya, hlm 9.
[2] Rangkaian visi mutiara kitab yesaya, hlm 15.
[3] Rangkaian visi mutiara kitab yesaya, hlm 16,
[4] Rangkaian visi mutiara kitab yesaya, hlm 17,
[7] Kitab Yesaya, hal 257
[8] Alkitab penuntun Hidup Berkelimpahan, Lembaga Alkitab Indonesia,
2008, hal 1037
[9] Marie-Claire Barth, Tafsiran Alkitab kitab Nabi Yesaya Fasal 40-55,
BPK Gunung Mulia, 1983, hal 11
[10] Marie-Claire Barth, Tafsiran Alkitab kitab Nabi Yesaya Fasal 40-55,
BPK Gunung Mulia, 1983, hal 15
[14] Rangkaian visi mutiara kitab yesaya, hlm 10.
[15] Rangkaian visi mutiara kitab yesaya, hlm 10.