Minggu, 04 November 2012

KITAB YESAYA, SOSIAL.EKONOMI,BUDAYA DAN CIRI-CIRI KHUSUS


YESAYA
1.    Latar Belakang Sosial
Latar belakang sosial Yesaya tidak terlepas dari kehidupan historis Yesaya sendiri yang meliputi pemerintahan Raja Yehuda maupun penglihatan-penglihatannya saat itu karena Yesaya hidup pada zaman itu. Yesaya merupakan nama sebuah kitab yang merupakan bagian dalam Perjanjian Lama. Penamaan kitab ini berdasarkan pada seorang nabi besar yang hidup di Yerusalem pada abad 8 SM. Nabi Yesaya merupakan seorang terpelajar dan ahli politik yang tinggal di Yerusalem ibukota Yehuda. Dalam kitab Yesaya banyak sekali nubuat untuk Yerusalem, Yesaya sangat menentang penduduk yehuda yang hidup pada zaman itu, karena mereka meninggalkan Yahweh. Dia menubuatkan kehancuran Yerusalem dan pembuangan ke Babel. Dipihak lain, Yesaya dengan mata rohani melihat bagaimana orang buangan itu akan kembali ke Yerusalem sekitar dua abad kemudian.[1]
Sebelum Yehuda ditaklukkan oleh Babel, keadaan sosial di Yehuda sangat tidak berkenan kepada Allah karena kehidupan orang-orang Yehuda sangat jauh dari kehendak Allah. Groenen menyatakan, ketika Yesaya tampil sebagai nabi, Israel sedang dilanda krisis politik, ekonomi dan agama. Kekuasaan politik terbesar yang menguasai zaman itu adalah Asyur dengan ibukota Niniwe di daerah Mesopotamia. Pada waktu itu kerajaan Israel utara masih berdiri tegak, makmur dan sejahtera. Tapi masa kelimpahan itu disertai dengan kemerosotan akhlak, ketidakadilan dan pemerasan oleh kalangan atas terhadap rakyat kecil yang merajarela.
Nabi Yesaya di kerajaan Yehuda mengecam kemerosotan itu dan mengemukakan ancaman hukuman Allah. Ancaman itu bukanlah omong kosong, sebab kerajaan Asyur sedang berkembang pesat di bawah pimpinan Tiglat-Pileser III. Kecaman dan ancaman Yesaya dituturkan dalam pasal 1-5, dan bercampur dengan nubuat-nubuat lain yang ditujukan kepada umat Yehuda[2]. Selanjutnya Groenen menyebutkan bahwa kekudusan Allah merupakan pokok pemberitaan Yesaya[3]. Yesaya tak henti-hentinya mewartakan kekudusan Allah yang dialaminya untuk menyadarkan seluruh umat akan kebesaran dan kekudusan Tuhan. Kepada Raja Ahas dan Hizkia, Yesaya tegas menyatakan bahwa kepercayaan kepada Tuhan Allah adalah mutlak, tidak hanya di bidang rohani tetapi juga dibidang politik[4]. Oleh karena latar belakang sosial saat itulah yang membuat Yesaya dipakai oleh Allah untuk membawa umat Israel kembali kejalan Tuhan.
Yesaya Bin Amos adalah seorang Yehuda yang berasal dari Yerusalem, ia memulai pelayanannya pada masa wafatnya Raja Uzia pada tahun 740 SM sampai dengan Hizkia pada tahun 687 SM, jadi pelayanannya meliputi setengah abad sejarah Yehuda. Menurut tradisi Yahudi, Yesaya mati syahid dengan digergaji menjadi dua oleh Raja Manasye putra Hizkia yang jahat dan penggantinya pada tahun 680 SM[5]. Yesaya rupanya berasal dari keluarga kalangan atas di Yerusalem, ia juga seorang yang berpendidikan serta memiliki bakat sebagai seorang yang mampu mengubah syair dan Yesaya juga dipandang sebagai nabi yang paling memahami kesusastraan serta menjadi nabi yang sangat berpengaruh dari semua nabi yang menulis kitab. Yesaya ternyata juga mengenal sangat baik keluarga kerajaan itu terlihat dari mudahnya ia keluar masuk kerajaan sehingga ia diduga memiliki hubungan dengan keluarga kerajaan, Yesaya juga dengan lantang memberikan nasehat kepada Raja dengan nubuatnya mengenai politik luar negeri Yehuda.
Yesaya hidup sezaman dengan Hosea dan Mikha yang menubuatkankan ancaman dari Asyur dan keruntuhan Israel Utara serta menurunnya akhlak bangsa Yehuda. Panggilan yang diterima oleh Yesaya untuk menjadi nabi terjadi ketika beribadah di Bait Allah di Yerusalem. Panggilan itu sangat menekankan pemahamannya mengenai Allah sebagai Raja Israel[6]. Pemahaman itu sangat menonjol ketika perayaan musim gugur dimana orang-orang memuji-muji Tuhan atas kuasaNya yang besar. Saat itulah awal dari pemanggilannya serta panggilan tersebut diiringi dengan Tugas yang Tuhan berikan yaitu memperingatkan atau menyampaikan bahwa suatu malapetaka besar akan menimpa bangsa Israel. Artinya adalah Yehuda akan mengalami kekalahan militer yang disusul kemudian dengan membumi hanguskan kota-kota serta seluruh tanah Yehuda. Dari seruan-seruan serta peringatan-peringatan dari nabi Yesaya itu nampak bahwa Allah benar-benar murka atas Yehuda karena ketidaktaatan mereka kepada Tuhan. Jadi, Yesaya dipanggil oleh Tuhan karena latar belakang sosial Yehuda yang jauh dari ketetapan Allah.

2.    Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi pada masa pelayanan Yesaya baik itu Yehuda atau Israel utara tidak dapat dipisahkan dari keadaan politik yang terjadi didua kerajaan ini tapi keadaan Israel yang sebelumnya makmur serta maju karena letak kerajaan ini sangat strategis dan menjadi jalur perdagangan yang sangat ramai membuat mereka lupa identitas mereka yang sebenarnya dan membuat mereka terlena sehingga jauh dari Tuhan karena kesombongan orang-orang Israel tetapi ketika terjadi perang saudara dengan Yehuda yang kala itu memiliki hubungan dengan Asyur membuat mereka terpaksa untuk berperang kemudian tidak diketahui lagi sejak kejatuhan Israel tahun 722 SM oleh Asyur. Sedangkan Yehuda pada masa pemerintahan Uzia sangat menikmati kemakmuran. Hal itu disebabkan karena melemahnya kerajaan Aram dan tidak adanya campur tangan Asyur diwilayah mereka dalam waktu yang cukup lama. Dalam keadaan yang seperti itulah diduga Yesaya telah bekerja dan pada masa-masa itulah Yesaya banyak melalui peristiwa-peristiwa penting  dalam sejarah Israel serta kemakmuran Yehuda. Tetapi keadaan itu tidak cukup lama karena Yehuda mengalami krisis politik karena Asyur mulai sangat aktif dalam memperluas daerah kekuasaan. Dalam keadaan Yehuda yang saat itu sedang mengalami krisis politik memang tidak begitu menonjolkan keadaan ekonominya karena keadaan Yehuda saat itu sedang siaga perang terhadap kekuasaan Asyur. Yehuda dan Asyur memiliki suatu ikatan kerja sama yang mengharuskan Yehuda membayar upeti kepada Asyur karena saat itu Asyur menjadi salah satu kerajaan kuat yang banyak menaklukkan kerajaan-kerajaan termasuk Israel utara. Sebelumnya Yehuda meminta bantuan kepada Asyur untuk menaklukkan Israel utara, oleh karena itulah Yesaya menegur Raja Ahas yang saat itu sedang berkuasa di Yehuda agar tidak bersekutu dengan bangsa lain tetapi peringatan itu tidak diindahkanya. Ahas menolak nasihat Yesaya, lalu minta tolong kepada Asyur[7]. Yesaya menegur Raja Ahas agar percaya Tuhan saja sebagai perlindungan mereka. Yesaya mempunyai pengaruh terbesar pada masa pemerintahan Raja Hizkia[8]. Karena hubungan yang demikianlah Yehuda memberikan upeti kepada Asyur yang tentu saja menambah pengeluaran negara. Keadaan ekonomi Yehuda yang hanya mengandalkan peternakan dan pertanian selain pekerjaan lain seperti tambang dan perdagangan tetapi dalam hal yang sangat terbatas sedangkan Yehuda juga harus selalu mempersiapkan diri dari serangan-serangan bangsa lain sehingga perekonomian Yehuda mengalami krisis sebagai dampak krisis politik yang terjadi saat itu. Oleh karena itulah Yesaya tampil untuk memperingatkan orang-orang Yehuda karena ketidakadilan merajarela, rakyat menderita serta akhlak orang-orang Yehuda sangat jauh dari ketetapan Allah.
 Keadaan itu diperburuk lagi saat Asyur dikalahkan oleh Babel karena saat itu kekuatan babel sangat besar sehingga banyak kerajaan yang ditaklukkannya. Yehuda kala itu juga diserang serta dikalahkan. Kota-kota Yehuda dihancurkan dan bait Allah juga tidak luput dari penghancuran itu dan orang-orang Yehuda ditawan menjadi orang buangan ke Babel jauh dari Yerusalem tanah kelahiran mereka. Tercatat bahwa 4.600 orang Yehuda dibawa ke Babel dalam tiga gelombang antara tahun 598 dan 582 SM[9]. Kebanyakan mereka hanya laki-laki yang terhitung dalam jumlah itu serta anggota keluarga mereka juga ikut di pindahkan ke Babel. Orang-orang buangan itu kebanyakannya adalah orang-orang golongan atas di Yerusalem dan negeri sekitarnya seperti para bangsawan, imam dan pegawai tinggi ditambah dengan beberapa ratus ahli dan tukang serta tuan-tuan tanah. Di dalam pembuangan, mereka diijinkankan membangun tempat tinggal didekat Babel serta diijinkan memelihara agama mereka dan berdagang serta bertani sebagai usaha mereka dalam melanjutkan hidup. Dalam pembahasan ini juga keadaan ekonomi pada masa itu tidak dijelaskan tetapi dapat dilihat bahwa keadaan orang-orang Yehuda yang saat itu dalam keadaan tertekan sebab mereka menjadi orang asing jauh dari tanah kelahiran mereka Yerusalem. Orang-orang Yehuda di pembuangan diharuskan bekerja rodi pada saat tertentu dan harus mematuhi perintah-perintah penguasa Babel sehingga kehidupan mereka sangat sulit. Oleh karena itulah mereka mengidam-idamkan pembaharuan dengan menantikan penolong bagi mereka.
Pada masa pembuangan inilah Yesaya tampil sebagai nabi walaupun para ahli tidak meyakini bahwa Yesaya pada masa itu sama dengan Yesaya pada masa sebelum pembuangan karena nabi yang berfirman pada zaman pembuangan tidak memberitahukan namanya tetapi hanya sekali disinggung pada pemanggilannya(40:6-8). Pada masa itu orang-orang Yehuda dipembuangan menderita selama 40 tahun lamanya sehingga jaminan yang Tuhan berikan dulu kepada mereka sebagai berkat turun temurun menghilang serta kota suci mereka dan bait Allah pun hancur. Hal itu terjadi sesuai dengan apa yang diberitakan Yesaya sebagai hukuman yang Tuhan sendiri jatuhkan kepada umat pilihan-Nya yang melanggar kehendak Allah. Yesaya membangkitkan kembali kepercayaan kepada Allah dengan mengingatkan kuasaNya sebagai khalik, kemurahannya sebagai Allah yang memilih Abraham dan keturunannya, kasihNya dalam pembebasan dari Mesir[10]. Yesaya pada zaman ini lebih memberikan semangat dan pengharapan karena Yesaya melihat bahwa orang-orang buangan di Babel sangat menderita karena dibawah tekanan para penguasa Babel, walaupun mereka diijinkan memelihara agama mereka tetapi mereka selalu merindukan Yerusalem. Dalam keadaan yang seperti itu Yesaya mampu membangkitkan kepercayaan mereka kepada Tuhan hingga pada zaman berikutnya bangkitlah seorang Raja Persia bernama Koresy yang menaklukan Babel serta menjadi penguasa kala itu. Pada Tahun 538 Raja Koresy mengijinkan orang-orang buangan kembali ke negeri mereka masing-masing termasuk orang-orang Yehuda untuk pulang ke Yerusalem serta untuk membangun kembali kota-kota di Yerusalem termasuk membangun kembali Bait Allah.
Keadaan ekonomi Yehuda setelah kembalinya orang-orang Yehuda dari pembuangan sedikit demi sedikit menjadi lebih baik, mulai tahun berikutnya orang-orang mulai kembali sekelompok demi sekelompok dan merencanakan pembaharuan karena Raja Koresy mengembalikan harta benda kepunyaan Bait Allah serta mengijinkan mereka membangun tembok-tembok kota. Tetapi sayang pada masa itu pembangunan belum juga berhasil karena orang-orang lebih mementingkan diri mereka sendiri. Orang-orang yang berkecukupan membangun rumah-rumah untuk mereka sendiri sedangkan orang-orang yang miskin dibiarkan terlantar. Ketidak stabilan ekonomi dan politik pada masa itu menghambat rencana pembangunan itu sampai pada pemerintahan Raja Darius, ketika Hagai menyatukan orang-orang Yahudi kembali untuk bersama-sama membangun Bait Suci, pekerjaan yang dimulai pada tahun 520 SM selesai pada tahun 515 SM[11]. Namun ketentraman yang diharapkan pada nabi masa itu tidak sesuai dengan yang diharapkan malah sebaliknya para Imam menyalah gunakan kedudukan mereka, rakyat berbakti kepada dewa-dewa dan hari sabat serta pembayaran pajak agama dianggap remeh. Pada tahun-tahun yang gelap inilah bangkit seorang nabi yang membawa firman Allah yaitu Yesaya yang diduga juga berbeda dengan Yesaya sebelumnya tetapi ajaran yang dibawanya adalah sama yaitu kembali kepada Tuhan dengan demikian Ia pun mengingatkan bangsa Yehuda untuk menimbulkan kesadaran agar umat Tuhan hidup dan percaya terus.

3.    Keadaan Budaya
Nabi Yesaya sangat berbeda dengan nabi lainnya yang sezaman dengan dirinya karena Yesaya memiliki latar belakang agama dan kebudayaan yang sangat khusus, seperti Amos dan Hosea yang menyampaikan ucapan-ucapan mereka di Israel utara yang mempunyai latar belakang kehidupan pedesaan dimana tradisi Israel kuno yang berdasarkan suku dan kekeluargaan masih sangat kuat[12]. Kala itu juga kedudukan sosial budaya masyarakat sangat kuat dengan paham Patriakart yaitu kedudukan laki-laki yang lebih tinggi dari perempuan. Kebudayaan yang seperti itu yang mempengaruhi kebudayaan di Israel kuno hingga zaman Yesaya. Karena kedudukan perempuan yang lebih rendah membuat perempuan tidak memiliki peran baik dalam ibadah maupun dalam politik di Israel dan oleh karena itu juga perempuan tidak mendapat pendidikan seperti laki-laki yang diharuskan, mereka hanya mendapat sedikit pengetahuan dari ayah atau suami mereka. Berbeda dengan Yesaya yang terpengaruh dengan kehidupan dan suasana kota dimana nabi Yesaya sendiri dibesarkan. Di Yerusalem ada dua peristiwa penting yang pernah terjadi dan sangat mempengaruhi pemahaman agamiah Yesaya  yaitu peristiwa pertama adalah pemindahan tabut Allah kedalam kota Yerusalem oleh Daud, yang menyebabkan gunung Sion menjadi tempat ibadah orang Israel, kemudian peristiwa yang kedua adalah nubuat nabi Natan yang mengatakan, bahwa keturunan Daud akan memerintah seluruh Israel atas perkenaan Allah[13]. Kedua peristiwa besar inilah yang mempengaruhi keagamaan di Yerusalem dan selalu dirayakan di Yerusalem dengan puji-pujian dan nyanyian-nyanyian yang khusus. Yerusalem pada zaman itu hingga kini disebut sebagai kota Raja besar karena bait Allah ada disana dan dari sana terpancar kemuliaan Allah. Kota Yerusalem juga disebut sebagai kota Daud, karena dari sana Daud membawa hukum Tuhan yang membawa keadilan bagi seluruh umat Israel. Karena latar belakang keadaan Yerusalem kala itu yang membuat Yesaya menjadikannya hal utama dalam pemberitaannya yaitu kerajaan yang dipimpin oleh Allah karena baginya Yerusalem adalah sebagai pusat kehadiran Allah karena disanalah Allah berdiam.

4.    Hal-hal khusus Dalam Kitab Yesaya
Kitab Yesaya sangat berbeda dengan kitab-kitab lainnya yang terdapat dalam Alkitab karena kitab Yesaya ini merupakan kitab terbesar dalam kanon Alkitab. Kitab ini juga sangat penting karena menubuatkan peristiwa-peristiwa yang akan di alami oleh Yehuda. Dalam kitab Yesaya dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, baik berdasarkan tema utama atau berdasarkan raja yang memerintah maupun berdasarkan apa yang dikatakan tentang Mesias.
Bagian pertama: 1-35 nubuat kepada Israel dan kepada bangsa-bangsa
                         36-39 nubuat kepada Hizkia
                         40-66 nubuat tentang keselamatan
Bagian kedua: 1-6     Uzia dan Yotam
                        7-39   Ahas dan Hizkia
                        40-66 Hizkia
Bagian ketiga: 1-37   kitab tentang Raja
                        38-55 kitab tentang Hamba
                        56-66 kitab tentang Penakluk
Penulis Kitab Yesaya
Secara penulisan, kitab ini tergolong kitab yang sangat istimewa karena sampai saat ini masih terjadi perdebatan atas pembagian serta penulis kitab ini dikalangan para ahli teolog. Berdasarkan pandangan saat ini didasarkan pada pendapat penulis berbicara kepada orang-orang yang hidup sezaman dengan dia, dimulai dari pasal 40 penulis berbicara kepada orang-orang yang berada dalam pembuangan. Alasan kedua, mulai dari pasal 40 baik gaya bahasa, perbendaharaan kata, maupun tekanan teologis berbeda dari pasal 1-39. Menurut Lasor, ia menerima dan mengakui ada perkembangan gagasan dalam kitab Yesaya, bahkan menerima pendapat bahwa tambahan penulisan tersebut dilakukan oleh para murid Yesaya di kemudian hari, tetapi menurutnya tidak cukup alasan untuk menolak alasan pandangan bahwa Yesaya bertanggung jawab atas seluruh nubuat yang menggunakan namanya[14]. Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa dari sudut gaya bahasa, perbendaharaan kata maupun teologi memang ada perbedaan.
Dalam kitab Yesaya ada 3 bagian yaitu;
·         Pasal 1-39, berasal dari nabi Yesaya sendiri pada zaman Yehuda kerajaan selatan diancam oleh Asyur Negara tetangganya yang sangat kuat. Yesaya menyadari bahwa yang sesungguhnya mengancam Yehuda bukanlah kekuatan Asyur,tetapi dosa bangsa Yehuda itu sendiri, karena bangsa itu tidak taat dan kurang percaya kepada Tuhan.
·         Pasal 40-55, ditulis oleh seorang yang hidup pada masa pembuangan di babel, yang tidak diketahui lagi namanya sehingga sering disebut Deutero Yesaya.[15] Dalam keadaan mereka yang hancur tanpa pengharapan, Yesaya memberitakan bahwa tidak lama lagi Tuhan akan membebaskan umat-Nya dan membawa mereka pulang ke Yerusalem untuk memulai hidup baru bersama Tuhan.
·         Pasal 56-66, terdiri atas beberapa kumpulan nubuat dari zaman setelah pembuangan yang ditulis oleh Trito Yesaya. Bagian ini sebagian besar ditujukan kepada bangsa yang sudah kembali ke Yerusalem. Mereka perlu diyakinkan lagi bahwa Tuhan akan memenuhi janji-janji-Nya kepada bangsa itu. Dalam bagian ini ditekankan secara khusus tentang cara hidup yang benar dan keadilan, juga kepada cara merayakan hari sabat serta mempersembahkan kurban dan doa.
Ciri-ciri Khusus dalam Kitab Yesaya
Selain itu juga kitab Yesaya memiliki ciri-ciri khas, dalam Alkitab penuntun hidup berkelimpahan mengatakan bahwa ada delapan ciri utama yang menandai kitab Yesaya ini[16], yaitu;
1.      Sebagian besar kitab ini ditulis dalam bentuk syair Ibrani dan sebagai karya sastra yang tidak dapat dibandingi keindahannya, kuasa serta keanekaragaman syairnya.
2.       Yesaya disebut nabi injili karena dari semua kitab PL, nubuat-nubuatnya tentang Mesias berisi pernyataan yang paling lengkap dan jelas.
3.      Penglihatannya tentang salib dalam pasal 53 adalah nubuat yang paling khusus dan terinci dalam keseluruhan Alkitab mengenai kematian Yesus yang mendamaikan bagi orang berdosa.
4.      Kitab ini menjadi kitab nubuat PL yang paling teologis dan luas, ia menjangkau kebelakang kepada saat Allah menciptakan langit dan bumi serta hidup manusia dan memandang kedepan kepada saat Allah mengakhiri sejarah dan menciptakan langit baru dan bumi yang baru.
5.      Kitab ini berisi lebih banyak pernyataan tentang tabiat, keagungan dan kekudusan Allah daripada kitab nubuat PL lainnya. Allah yang diperlihatkan Yesaya adalah kudus dan mahakuasa, ungkapan yang sering digunakan untuk Allah adalah “Yang Mahakudus, Allah Israel.
6.      Yesaya yang artinya “Tuhan yang menyelamatkan”, adalah nabi keselamatan. Ia memakai istilah “keselamatan” hampir tiga kali lebih banyak daripada seluruh kitab para nabi lainnya. Yesaya menyatakan bahwa maksud penuh keselamatan Allah akan digenapi hanya dengan kaitannya dengan Mesias.
7.      Yesaya seringkali mengacu kembali kepada peristiwa-peristiwa penebusan sebelumnya dalam sejarah Israel misalnya peristiwa keluaran, pemusnahan Sodom dan Gomora serta kemenangan Gideon atas suku Midian.
8.      Bersama dengan Ulangan dan Mazmur, kitab Yesaya termasuk kitab paling banyak dikutip dalam PB.



[1] Rangkaian visi mutiara kitab yesaya, hlm 9.
[2] Rangkaian visi mutiara kitab yesaya, hlm 15.
[3] Rangkaian visi mutiara kitab yesaya, hlm 16,
[4] Rangkaian visi mutiara kitab yesaya, hlm 17,
[5] Alkitab Penuntun Hidup Baru, Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia, 2008, hal 1037
[6] Disini Ku temukan, hal 165
[7] Kitab Yesaya, hal 257
[8] Alkitab penuntun Hidup Berkelimpahan, Lembaga Alkitab Indonesia, 2008, hal 1037
[9] Marie-Claire Barth, Tafsiran Alkitab kitab Nabi Yesaya Fasal 40-55, BPK Gunung Mulia, 1983, hal 11
[10] Marie-Claire Barth, Tafsiran Alkitab kitab Nabi Yesaya Fasal 40-55, BPK Gunung Mulia, 1983, hal 15
[11] M.C. Barth S.Th, Tafsiran Alkitab KITAB YESAYA pasal 56-66, BPK Gunung Mulia, 1994, hal 1
[12] Hal 165
[13] Hal 165
[14] Rangkaian visi mutiara kitab yesaya, hlm 10.
[15] Rangkaian visi mutiara kitab yesaya, hlm 10.
[16] Alkitab penuntun Hidup Berkelimpahan, Lembaga Alkitab Indonesia, 2008, hal 1038